Minggu, 26 Februari 2012

Muslimah Berkualitas

Wajah cantik, tubuh langsing, kulit putih, ditunjang penampilan modis dan tutur kata lembut seringkali dipandang sebagai wanita berkepribadian tinggi. Ajang kontes kecantikan mulai dari lokal sampai internasional pun diadakan untuk memilih wanita dengan kategori ini. Standar penilaiannya  tiga B yaitu beauty, brain dan behavior. Namun, benarkah itu pula yang menjadi standar baku kepribadiaan wanita muslim (muslimah)?
Landasan yang menjadi tolok ukur kepribadian seseorang, bukanlah ditentukan kecantikan wajahnya maupun penampakan fisik lainnya, tetapi dilihat dari pemikiran dan perilakunya. Ukurannya adalah sejauh mana ketaatannya sebagai seorang hamba kepada Sang Khaliq, serta kuantitas dan kualitas amal perbuatannya dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya semata-mata untuk meraih keridlaan-Nya. Allah Swt berfirman dalam surat al-Ahzab:
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (TQS. al-Ahzab [33]: 35)

Muslimah semestinya mengukur kepribadiannya atas dasar ketakwaannya kepada Allah Swt. Sebab, dengan ketakwaan inilah Sang Khaliq menilai umat manusia, dan dengan ukuran ini pula Dia meninggikan derajat seorang manusia dari manusia lainnya. Allah Swt berfirman dalam surat al-Hujurat:
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. (TQS. al-Hujurat [49]: 13)

Kepribadian yang mulia inilah yang akan melahirkan perbuatan yang mulia pula. Sebagai seorang muslimah hendaknya memahami bahwa tolak ukur perbuatan manusia adalah perintah dan larangan Allah. Oleh karena itu, muslimah harus memahami hukum syara perbuatan tertentu sebelum dikerjakan. Karena Allah akan meminta pertanggungjawaban atas perbuatan di akhirat. Rasulullah telah bersabda yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi
“Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia dihabiskan; tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan; tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia habiskan; dan tentang tubuhnya-capek dan letihnya-untuk apa ia gunakan”

Dengan demikian, sebelum kita melakukan suatu perbuatan, kita harus mengetahui status hukumnya. Apakah perbuatan tersebut hukumnya wajib atau haram sehingga kita dahulukan pengerjaannya maupun meninggalkannya. Sunnah yang menjadi pilihan kedua setelah kewajiban tertunaikan, dan mubah yang menjadi pilihan kita untuk melakukannya berdasar manfaat apa yang  bisa kita dapatkan. Atau makruh yang sebaiknya kita hindari. Semuanya bisa kita peroleh dengan menyediakan waktu, pikiran, harta maupun tenaga yang kita miliki untuk menuntut ilmu. Rasulullah telah bersabda bahwa:
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”(HR Ibnu Majah)
Selain itu,
Ummul mukminin ‘Aisyah ra pernah berkata “Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu agama”

Ilmu yang kita milikipun tdak semata menjadi milik kita. Ilmu harus kita bagi, sehingga ilmu kita bermanfaat. Tahukan kita bahwa ada pahala yang senantiasa mengalir terus menerus? Ya dengan menyampaikan ilmu yang kita miliki, kita bisa meraih pahala tersebut. Bayangkan jika kita berhasil mengubah seseorang yang tadinya tidak mau sholat lalu menjadi rajin bahkan lebih rajin dari kita lalu ia menyampaikan ke temannya dan seterusnya. Setiap kali mereka sholat, Insya Allah kita mendapat pahalanya juga, Rasulullah bersabda,
Barang siapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun…(HR Muslim)

Muslimah berkepribadian mulia adalah individu yang menggunakan Islam sebagai acuannya dalam berpikir, berkata dan bertindak. Sehingga ia tidak membabi buta meniru dan mengikuti segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Bukan pula seorang yang terbelenggu dengan perasaan rendah diri akibat penampilannya; tetapi sebaliknya, seorang muslimah adalah seorang yang penuh percaya diri karena islam sebagai keyakinannya. Ia bukan seorang wanita yang asyik dengan citra dirinya, penampilan fisiknya, atau kehidupan pribadinya. Semua ini akan menjadikan muslimah menjadi sosok dengan kepribadian yang mulia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar