Selasa, 07 Juni 2011

Arti Hidup di Dunia


          Pernahkah kita merenung, untuk apa kita hadir di bumi ini? Pernahkah kita merasa diri kita tidak berguna dan menyesal telah hidup di dunia? Mungkin tidak semua dari kita memikirkannya, entah karena sibuk dengan urusan atau pernah mencoba tapi tidak tau jawabannya jadi tidak mau lagi mencobanya. Apapun alasannya, beruntunglah kita pernah memikirkannya. Karena dengan memikirkannya itu berarti kita ingin tahu jawabannya dan tentu sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, maka kita pun akan mencari jawabannya.
          Kita dilahirkan oleh sepasang suami istri yang menjadi ayah dan ibu kita, mereka juga dilahirkan dari orang tua mereka sama seperti kita. Setelah ilmu biologi kita pelajari, maka tahulah kalau manusia berasal dari sel telur yang dibuahi oleh sel sperma. Apakah ini sudah cukup? Lalu apakah setiap sel telur dan sperma yang bertemu lantas langsung menjadi zygot (cikal bakal manusia ), ternyata harus ada kondisi tertentu yang menentukan seperti kadar keasaman dll. Lalu siapakah yang menentukan kadar ini?
          Berlanjut ke tahapan berikutnya, kita memperhatikan alam sekitar kita, bagaimana gunung bisa tegak, awan yang putih bersih lalu berubah mendung dan turun hujan, bagaimana bumi bisa berputar sehingga terjadi perubahan siang ke malam ataupun perubahan musim? Tentu ada ”sesuatu” yang lebih dari kita yang mengendalikan semua itu bukan?
          ”sesuatu” itu lalu disucikan dan disembah, entah itu dengan cara yang berbeda, tapi sejatinya semua manusia pasti akan mengsucikan sesuatu yang lalu disembahnya.
          Lalu ”sesuatu” itu apakah berwujud matahari, batu, manusia, atau di luar itu? ”sesuatu” ini biasa kita sebut sebagai Tuhan. Tuhan haruslah abadi, tidak bergantung pada yang lain, tidak terbatas, dan apapun itu yang lebih dari yang lain.
          Ada tiga kemungkinan tentang Tuhan, pertama diciptakan, menciptakan dirinya sendiri, dan wajib adanya. Diciptakan, itu berarti Tuhan memiliki sifat makhluk ciptaanNya. Seperti terbatas, tidak abadi, lemah, saling menggantungkan. Berarti kemungkinan pertama salah. Kemungkinan kedua, ada dua sifat yaitu sebagai Tuhan dan sebagai makhluk (yang diciptakan oleh dirinya sendiri), berarti Ia memiliki sifat makhluk dong, ini juga salah. Kemungkinan ketiga yaitu wajib adanya, dan bisa dibuktikan dari hasil ciptaanNya.
          Hanya Allah SWT yang memenuhi poin ketiga. Jadi kita sudah menemukan Alloh adalah Pencipta kita dan alam semesta. Lalu, berarti kita hidup di dunia untuk apa? Tentu kita harus patuh dan mengikuti aturan dari Pencipta kita bukan?. Dari mana kita mengetahui apa yang diinginkan oleh Allah? Tentu lewat wahyu yang Ia turunkan kepada RasulNya, yaitu Muhammad SAW. Aturan-aturan ini, bukan untuk mengekang manusia,` justru karena kasih sayang dari Allah semata, kita diberi arahan agar kita menjalani hidup sesuai dengan fitrah manusia yang pasti membuat kita bahagia.
          Allah Yang Maha Kasih, telah membekali manusia dengan potensi kehidupan dan akal. Potensi kehidupan ini berupa kebutuhan jasmani (makan, minum, bernafas, istirahat, hajat) dan naluri( eksistensi diri, melestarikan jenis, beragama), yang masing-masing menuntut untuk dipenuhi. Terlepas dari harus dipenuhi karena menyangkut hidup dan mati atau bisa ditangguhkan karena menyangkut keresahan.
Kita hidup di dunia inipun dalam rangka memenuhi potensi tersebut. Agar pemenuhannya menghasilkan kebahagiaan, tentu harus mengikuti aturan Sang Pencipta Manusia, dimana hanya Ia satu-satunya yang mengerti manusia dan memahaminya melebihi manusia itu sendiri.
Untuk memenuhi potensi manusia inilah, Allah Yang Maha Mengatur membuat peraturan-peraturan hidup yang tercantum dalam Syariah Islam. Syariah Islam sendiri terbagi dalam tiga kajian yang satu sama lain harus dilaksanakan secara sempurna. Yang pertama adalah kajian tentang hubungan manusia dengan Allah yang meliputi aspek ibadah secara langsung seperti sholat, puasa, haji, dakwah, dan jihad. Yang kedua kajian tentang hubungan manusia dengan dirinya sendiri yang meliputi makanan, minuman, pakaian, dan akhlak. Adapun kajian ketiga tentang hubungan manusia dengan sesamanya yang meliputi politik, ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan dsb yang berkaitan dengan kekuasaan dan wewenang.
Begitu luasnya cakupan pembahasan dalam Islam, inilah yang membedakannya dengan agama maupun idiologi yang lain. Karena Agama dan Idiologi dalam Islam ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Berkaitan dengan idiologi, Islam menghasilkan aturan yang mengatur urusan dalam memecahkan permasalahan manusia dalam memenuhi naluri dan kebutuhan hidupnya. Sebagai agama, Islam memberi aturan tentang cara mengenal dan beribadah secara benar kepada Rabb Pencipta Alam.
Begitu sempurnanya Islam, sekaligus berasal dari Penciptannya manusia, masihkan manusia percaya dengan aturan bikinan sesama manusia? Tentu sebagai Muslim, kita hanya mau mengambil dan menerapkan aturan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT, karena itulah sumber kebahagiaan dan jalan keselamatan di dunia dan di akhirat. Sekaligus sebagai bukti keimanan kita padaNya, dan konsekuensi sebagai hambaNya.

By, Vidya Putria Rawwas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar