Nasib penghuni siswa jenjang akhir
adalah kejenuhan menyelesaikan latihan soal setiap hari di setiap mata
pelajaran sebagai persiapan ujian akhir nasional. Seperti saat ini saat kami
harus mengerjakan empat puluh soal bahasa Indonesia sebagai ganti Pak Agus yang
absen mengajar. Baru setengah soal kukerjakaan rasa kantuk menyerangku dengan
hebat. Kalau bukan karena harus dikumpulkan saat itu juga mungkin aku sudah
tertidur. Namun rasa kantukku hilang seketika saat pendengaranku menangkap
topik menarik dari Edi dan Arif yang duduk di samping kananku. Sepertinya nama
yang jadi topik pembicaraan mereka tidak asing bagiku. Untuk memastikan
kebenaran itu kusimak setiap pembicaraan mereka.
“Beneran Rif, dia itu cantik
pake kerudung lagi”
“Siapa sih, aku ga pernah
lihat kalau maen ke tempatmu”
“Dia itu anak pindahan”
“Namanya Mela sekolah di SMP Muhammadiyahkan?”
Edi menatapku dengan kesal
“Jangan sok tau deh”
Balas Arif dengan tidak kalah sengitnya
“Beneran, adikku sekelas
dengannya. Anaknya pintar, cantik, kulitnya putih dan dia punya kembaran yang
namanya Meli tapi beda warna kulit”
Edi melihatku dengan tatapan tidak percaya
“Nanti aku bilang lewat adikku kalau kau nitip salam
buatnya”
Dua hari kemudian setelah kupastikan Dik Via mendapat
jawaban. Saat itu Bu Warni sedang ke luar meninggalkan serangkaian soal biologi
yang harus kami kerjaan.
“Edi, adikku sudah sukses
ngasih salam ke Mela tuh”
“Ayo cerita mumpung Bu Warni belum kembali”
“Kata Adikku gini Mba Mela
dapat salah dari Mas Edi, trus Mela jawab gini: Mas Edi itu siapa? Itu loh
tetanggamu yang sekarang kelas 3 D SMP 1. Kaya apa orangnya? Kata Mba Vie
anaknya kurus kecil dan rambutnya lurus” Sepertinya Mela lagi inget-inget kamu
Ed, makanya rada lama baru dia bilang “Ga kenal tuh”
Arif, Mega dan Topan yang
kebetulan duduk di dekatnya spontan tertawa terbahak-bahak. Kulihat mukanya
merah, padahal sungguh tak ada niat membuatnya malu. Aku hanya menceritakan
kembali jawaban adikku tanpa ada tambahan sedikitpun apalagi jawaban itu
kedapat kemarin sore.
“Makanya Edi, kalau naksir sama gadis minimal dia kenal
kamu”
Hibur Arif sembari menepuk
pundak teman sebangkunya itu
“Aku ga bohong loh”
Bener juga sih kalau kita
naksir sama orang minimal dia tau kita itu. Lebih baik bertepuk sebelah tangan
daripada seperti pepatah Ibarat punuk berharap memeluk sang bulan.
Batam, 28 Juni 2013
Vidya Putria Rawas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar