Rabu, 31 Juli 2013

Berharap Memeluk Bulan


Nasib penghuni siswa jenjang akhir adalah kejenuhan menyelesaikan latihan soal setiap hari di setiap mata pelajaran sebagai persiapan ujian akhir nasional. Seperti saat ini saat kami harus mengerjakan empat puluh soal bahasa Indonesia sebagai ganti Pak Agus yang absen mengajar. Baru setengah soal kukerjakaan rasa kantuk menyerangku dengan hebat. Kalau bukan karena harus dikumpulkan saat itu juga mungkin aku sudah tertidur. Namun rasa kantukku hilang seketika saat pendengaranku menangkap topik menarik dari Edi dan Arif yang duduk di samping kananku. Sepertinya nama yang jadi topik pembicaraan mereka tidak asing bagiku. Untuk memastikan kebenaran itu kusimak setiap pembicaraan mereka.

“Beneran Rif, dia itu cantik pake kerudung lagi”
“Siapa sih, aku ga pernah lihat kalau maen ke tempatmu”
“Dia itu anak pindahan”
“Namanya Mela sekolah di SMP Muhammadiyahkan?”
Edi menatapku dengan kesal
“Jangan sok tau deh”
Balas Arif dengan tidak kalah sengitnya
“Beneran, adikku sekelas dengannya. Anaknya pintar, cantik, kulitnya putih dan dia punya kembaran yang namanya Meli tapi beda warna kulit”
Edi melihatku dengan tatapan tidak percaya
“Nanti aku bilang lewat adikku kalau kau nitip salam buatnya”

Dua hari kemudian setelah kupastikan Dik Via mendapat jawaban. Saat itu Bu Warni sedang ke luar meninggalkan serangkaian soal biologi yang harus kami kerjaan.
“Edi, adikku sudah sukses ngasih salam ke Mela tuh”
“Ayo cerita mumpung Bu Warni belum kembali”
“Kata Adikku gini Mba Mela dapat salah dari Mas Edi, trus Mela jawab gini: Mas Edi itu siapa? Itu loh tetanggamu yang sekarang kelas 3 D SMP 1. Kaya apa orangnya? Kata Mba Vie anaknya kurus kecil dan rambutnya lurus” Sepertinya Mela lagi inget-inget kamu Ed, makanya rada lama baru dia bilang “Ga kenal tuh”
Arif, Mega dan Topan yang kebetulan duduk di dekatnya spontan tertawa terbahak-bahak. Kulihat mukanya merah, padahal sungguh tak ada niat membuatnya malu. Aku hanya menceritakan kembali jawaban adikku tanpa ada tambahan sedikitpun apalagi jawaban itu kedapat kemarin sore.
“Makanya Edi, kalau naksir sama gadis minimal dia kenal kamu”
Hibur Arif sembari menepuk pundak teman sebangkunya itu
“Aku ga bohong loh”
Bener juga sih kalau kita naksir sama orang minimal dia tau kita itu. Lebih baik bertepuk sebelah tangan daripada seperti pepatah Ibarat punuk berharap memeluk sang bulan.

Batam, 28 Juni 2013
Vidya Putria Rawas


Tidak ada komentar:

Posting Komentar