Wahai Remaja
Muslim, Kalian bukan Kupu-Kupu Kertas
Remaja
adalah generasi harapan negara, apalah jadinya jika remaja menjadi sosok yang
rapuh, mudah terbawa arus dan tidak memiliki visi misi hidup yang jelas dan
benar. Arus globalisasi menyeret remaja menjadi individu egois dan hanya
berorientasi kesenangan jasmani. Tawuran sebagai ajang pembuktian kehebatan
yang salah kerap kali menjadi pelampiasan emosi hanya karena hal sepele.
Pornografi menggiring remaja rapuh untuk melampiaskan nafsu seksual mereka
dengan cara yang salah seperti freeseks bahkan sampai dijadikan peluang bisnis
yang beromzet ratusan juta dengan pelaku pelajar. Seperti inikah generasi yang
kita harapkan?
Selain
tawuran dan prostitusi, remaja juga dijangkiti penyakit egois parah. Di tengah
ketidakmampuan pelajar lain membayar
uang sekolah, dengan bangga mereka membuang minimal ratusan ribu hingga jutaan
rupiah dalam semalam. Konser Justin Bieber, Katty Pery maupun Super Junior
membuktikan betapa ketenaran mereka mampu mengusir sikap peduli dan empati. Ini
dilakukan hanya sebagai ajang status di dunia maya maupun pengokohan label gaul
di dunia nyata. Kebanggaan yang luar biasa manakala memiliki tiket dan bisa
berfoto dengan artis panutan, minimal memotret aksi panggung mereka. Kebanggaan
ini merurut mereka sebanding dengan usaha mereka dalam menyisihkan jatah
bulanan untuk ditukar dengan selembar tiket.
Kupu-kupu
kertas merupakan gambaran remaja yang cantik penuh warna namun rapuh. Sebagai
remaja muslim haruskan mengikuti arus menjadi kupu-kupu kertas? Siapa saja yang
berusia balig maka pembebanan hukum syara sudah melekat padanya baik itu remaja
yang seringkali dimaklumi untuk berbuat salah. Lalu, bagaimana dengan gambaran
remaja ideal?
Remaja
ideal adalah remaja cerdas karena Islam. Islam
tidak sekedar menuntunnya dalam sholat atau puasa ramadhan tetapi juga
dijadikan panduan dalam berfikir, bersikap dan berpendapat. Islam yang mereka
yakini mampu menjadikannya setegar karang dalam menghadapi gempuran
westernisasi yang merusak namun bisa selembut sutera dalam memperlakukan kedua
orang tuanya. Mereka tidak hanya berprestasi di sekolah tetapi memiliki
kepribadian islam yang kuat, minimal bukan trouble maker di sekolahnya.
Merekalah panutan sejati bagi teman-temannya dan harapan bagi orang tua.
Bagaimana mewujudkannya?
Mewujudkan
remaja yang cerdas bisa dimulai dari usaha untuk memahami agama, dengan mengikuti kajian Islam rutin.
Mengapa hal ini penting? Pemahaman agama yang benar akan menjadi panduan remaja
dalam bersikap dan sebagai benteng menyaring serangan budaya asing yang
merusak. Pemahaman yang benar menjadikan
remaja memiliki visi hidupnya yang jelas sehingga bisa memaksimalkan waktunya
untuk hal-hal yang bermanfaat. Prinsip materi menjadi faktor kuat orang tua dan
pelajar rela menghabiskan uang dan waktunya untuk mengikuti les daripada kajian
islam yang lebih bermanfaat sudah begitu gratis lagi.
Usaha
kedua yaitu memaksimalkan potensi dan berani mengikuti ajang bakat. Sekarang
ini berbagai lomba diadakan untuk remaja
seperti lomba menulis, berpidato, karya ilmiah, olimpiade sains, dan
lainnya. Ajang bakat memang tumbuh subur di negri ini hanya saja lebih
mengutamakan ajang bakat seni karena dianggap lebih cepat mendatangkan kekayaan
dan banyak didukung swasta yang bergerak di bisnis tersebut. Adapun ajang lain
dinomorduakan baik dari fasilitas maupun bentuk penghargaannya.
Kedua
hal di atas penting, remaja adalah potret pengisi masa depan sebuah generasi
terutama remaja islam. Apa yang bisa diharapkan dari Islam jika remaja yang
mereka miliki lebih tertarik dengan budaya barat atau budaya korea? Waktu yang
dimiliki dihabiskan untuk melahap dan memahami drama korea atau film Hollywood.
Hasilnya secara fisik mereka dewasa tetapi tidak mandiri dan tidak memiliki
visi hidup yang jelas. Seandainya hidup adalah perumpamaan maka pilihlah hidup
seperti lebah, bukan kupu-kupu yang indah sesaat apalagi kupu-kupu kertas.
Wallahu’alam
Batam,
22 Juni 2013
Vidya
Putria Rawas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar